Wednesday, January 21, 2015

hikmah terjadinya islamisasi sains

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pemikiran tentang Islamisasi ilmu pengetahuan beritik tolak dari pemikiran tentang hubungan antara islam dan ilmu modern(sain). Beragam pendapat muncul untuk menafsirkan hubungan tersebut, baik pendapat yang pro maupun kontra.
Pada tahun 1883, Ernest Renan mengangkat polemik tentang wahyu dan akal. Menurutnya, agama dan ilmu pengetahuan bersipat abadi, sehingga kebenaran keduanya bersifat absolut. Premis sekuler ini mendapat reaksi dari Jamaludin al-Afghani, salah seorang pemikir Muslim dengan seruan agar  umat Islam bersatu dalam sebuah kesadaran kolektif (Pan-Islamisme)[1].
Harun Nasution, seorang filosof Muslim Indonesia, menjelaskan hubungan antara Islam dan Ilmu pengetahuan berada pada wilayah ajaran-ajaran Islam yang bersifat relatif dan nisbi. Wilayah ajaran Islam ini cocok dengan kebenaran ilmu pengetahuan yang bersifat relatif dan nisbi.[2]
Osman Bakar (seorang pakar epistemologi sain dari Malaysia) lebih khusus lagi menjelaskan hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan dengan istilah tauhid dan sain. Tauhid, yang merupakan doktrin metafisika keesaan Allah yang terkandung dalam kalimat pertama kesaksian keimanana (syahadat) adalah ide utama yang membentuk karakter hubungan tersebut. Dalam mempraktikkannya, umat Islam memberikan ekspresi dalam teori dan prakteknya kepada dua prinsip paling fundamental hubungan tauhid dan sain, yaitu kesatuan kosmis dan kesatuan pengetahuan dan sain.[3]
Diskursus hubungan Islam dan agama, dalam perkembangannya sampai pada terminologi Islamisasi pengetahuan dari Naquib al-Attas yang kemudian diusung oleh Isma’il Raji al-Faruqi dan Ziaudin Sardar dengan proyek sain Islamnya.[4]
Naquib al-Attas mengembangkan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan dari Syed Hossein Nasr, seorang pemikir muslim Amerika kelahiran Iran. Nasr meletakkan asas sains Islam dalam aspek teori dan prakteknya melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976). Hal ini ia lakukan karena menyadari adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang akan mengancam dunia Islam.[5]
Sementara itu, dengan konsep sain Islamnya, Sardar mengkritik islamisasi ilmu pengetahuan yang diartikan sebagai mengislamkan seluruh sain. Ia juga mengkritik pendapat yang menjelaskan adanya relevansi antara ilmu pengetahuan Islam dengan sain Barat. Baginya tidak mungkin sain Barat relevan dengan sain Islam karena sudah nampak perbedaan paradigma antara keduanya. Baginya, islamisasi ilmu pengetahuan harus berangkat dari membangun epistemologi Islam sehingga benar-benar bisa menghasilkan sistem ilmu pengetahuan yang dibangun di atas fondasi ajaran Islam.[6]
Sejak jaman Isma’il Raji al-Faruqi sampai sekarang, islamisasi ilmu pengetahuan menjadi tema akademis yang sering dibahas dalam forum-forum ilmiah. Kehadirannya memperluas cakrawala pengetahuan umat Islam, dan sekaligus menjadi wacana ilmiah yang sering diperdebatkan oleh para pengkajinya.
Sekalipun Islamisasi Ilmu pengetahuan memiliki berbagai kritik, namun pada kenyataannya Islamisasi Ilmu pengetahuan adalah salah satu proyek ideologi yang memiliki tujuan yang baik dan memiliki manfaat dan hikmah yang dapat di manfaatkan oleh kaum muslimin.
Tulisan ini akan membahas hikmah atau manfaat dari terjadinya Islamisasi ilmu pengetahuan bagi umat islam itu sendiri.
B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka pokok permasalahan yang akan kita bahas adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pengertian dari Hikmah Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2.      Apasaja kah hikmah dari terjadinya Islamisasi Ilmu pengetahuan?












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Hikmah Terjadinya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Hikmah secara bahasa berasal dari bahasa arab yaitu حكم, يحكم, حكما atau الحكمة yang diserap menjadi bahasa Indonesia menjadi hikmah, sedangkan menurut KBBI hikmah memiliki arti kebijaksanaan, sakti atau kesaktian, arti atau makna yang dalam atau manfaat. Sedangkan secara istilah hikamah memiliki makna manfaat dari sesuatu kejadian perkara sekaligus tujuannya dan kebaikan-kebaikan ataupun nilai-nilai positif yang dapat kita petik dari terjadinya suatu perkara atau peristiwa.
Sedangkan makna atau pengertian dari “Hikmah Terjadinya Islamisasi Ilmu Pengetahuan” adalah manfaat atau kebaikan-kebaikan yang dapat kita petik dari Islamisasi ilmu pengetahuan.

B.       Hikmah Terjadinya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Dalam perjalanannya setiap suatu konsep atau ide pastilah akan menimbulkan kritikan-kritikan dari berbagai macap pihak, dan akan mengalami pro dan kontra. Namun terlepas dari itu semua konsep dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan memiliki manfaat atau hikmah-hikmah yang dapat dipetik manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Diantara manfaat dan hikmah terjadinga Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah sebagai berikut:
a.         Mengembaliakan Ilmu Pengetahuan kepada Agama
Mengembalikan ilmu pengetahuan kepada agama yaitu mengembalikannya pada keimanan, dan lebih khusus lagi kepada tauhid.[7] Secara lebih gamblang, kuntowijoyo memaparkan tujuan tersebut, yaitu “berusaha supaya umat islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu tauhid.
Dengan mengembalikan pengetahuan kepada tauhid, berarti kita telah mengembalikan kebenaran-kebenaran yang telah di temukan oleh ilmu pengetahuan kepada nilai-nilai kebenaran wahyu yang berupa Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak hanya digunakan sebagai jawaban dari masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan, akan tetapi ilmu pengetahuan digunakan sebagai jawaban dan pembuktian terhadap kebenaran wahyu.
b.        Pemurnian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang terjadi di dunia barat saat ini banyak membawa sekulerisme, yaitu memisahkan nilai-nilai agama dengan ilmu pengetahuan, sehingga nilai-nilai agama semakin tidak di pedulikan. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas islamisasi adalah jawaban dari sekulerisasi ilmu pengetahuan.[8]
Dengan adanya islamisasi didalam ilmu pengetahuan maka akan terjadi pemurnian di dalam ilmu pengetahuan. Pemurnian ini bertujuan untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar dengan sekulerisme, yang dapat menimbulkan kekeliruan dan kesesatan. pemurnian ilmu juga dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan pemurnian  tersebut akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman.
c.         Solusi Terhadap Dualisme Sistem Pendidikan
Dualisme dalam sistem pendidikan yang terjadi pada saat ini, adalah promblem yang menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan di jawab oleh kaum muslimin. Dimana dalam perkembangannya sistem pendidikan pada saat ini terbagi menjadi dua aliran, yaitu sistem pendidikan moderen yang di bawa oleh barat dan sistem pendidikan Islam. Dengan adanya dualisme tersebut, terjadilah keadaan yang dilematis di kalangangan kaum muslimin, yaitu sistem pendidikan manakah yang akan mereka pergunakan.
Dari kedua sistem pendidikan di atas, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Disatu sisi kita membutuhkan sistem pendidikan moderen yang dapat menjawab dan memenuhi kebutahan pendidikan di segala bidang mulai dari filsafat, kedokteran tehnologi informasi dan sebagainya. Disatu sisi lain juga kita membutuhkan sistem pendidikan Islam sebagai transformasi dari nilai-nilai ketuhanan, ahlaq, budi pekerti, kemanusiaan dan sebagainya. Pendidikan islam juga dibutuhkan sebagai pengembangan dan pengkajian khazanah islam sekaligus sebagai pertahanan dan keberlangsungannya nilai-nilai keislaman.
Dengan demikian Islamisasi ilmu pengetahuan, kata Al-Faruqi, adalah solusi terhadap dualisme sistem pendidikan kaum muslimin saat ini. Baginya dualisme sistem pendidikan harus dihapuskan dan disatukan dengan paradigma Islam.[9] Paradigma tersebut bukan imitasi dari barat, bukan juga untuk semata-mata memenuhi kebutuhan ekonomis dan pragmatis pelajar untuk ilmu pengetahuan profesional, kemajuan pribadi atau pencapaian materi. Namun paradigma tersebut harus di isi dan di tanamkan dengan visi misi dan nilai-nilai ke-Islaman.
Al-Faruqi mengatakan bahwa dengan adanya islamisasi ilmu akan tercipta sebuah pencapaian diantaranya:
1.      Penguasaan ilmu moderen.
2.      Penguasaan khazanah warisan Islam.
3.      Terbagunnya relevansi islam dengan masing-masing disiplin Ilmu moderen.
4.      Masuknya nilai-nilai dan khazanah warisan Islam secara kreatif kedalam ilmu moderen.

BAB III
KESIMPULAN

Hikmah adalah tujuan dan manfaat serta nilai-nilai positif yang dapat kita petik dari sebuah kejadian ataupun peristiwa. Sedangkan hikmah dari terjadinya islamisasi ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai nilai-nilai ataupun manfaat yang dapat kita petik dari peristiwa atau konsep tersebut.

Adapun hikmah dari terjadinya islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengembalikan ilmu pengetahuan kepada Agama, memurnikan ilmu pengetahuan yang tercemar oleh sekulerisme dan westernisasi, dan sebagai dari adanaya dualisme didalam sistem pendidikan.







Daftar Pustaka

Kuntowijoyo. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2007).
Muzani Syaiful (Editor). Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution. Bandung: Mizan. 1995.

Bakar Osman. Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah. 2008).

Budi Handrianto,  Islamisasi Sains,  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010







[1]  Lihat kata pengantar dari penerbit buku Kuntowijoyo. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2007). hlm.v.
[2]   Ajaran-ajaran agama terbagi ke dalam dua kelompok besar. Pertama, ajaran-ajaran dasar dasar yang bersifat mutlak benar, kekal tak berubah dan tidak boleh dirubah. Kedua ajaran-ajaran hasil penafsiran manusia dari ajaran-ajaran dasar. Ajaran ini bisa berubah dan bisa diubah. Lihat Harun dalam Syaiful Muzani (Editor). Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution. Bandung: Mizan. 1995. hlm.292.
[3]  Osman Bakar. Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah. 2008). hlm. 29- 30.
[4] Kuntowijoyo. Islam. hlm. v.
[5]  Ibid. Hlm. 5.
[6]  Lihat Miftahul Huda di drmiftahulhudauin.multiply.com. Historisitas Islamisasi Ilmu Pengetahuan. (2009). hlm. 14 -15.
[7]  Kuntowijoyo. Islam.  hlm. v.
[8]  Budi Handrianto,  Islamisasi Sains,  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010, hal. 129
[9]  Ibid, hal. 139

No comments:

Post a Comment

I.                    PENDAHULUAN Dunia Islam kontemporer dimulai sejak tahun 1342-1420 H/1922-2000 M. [1] India adalah negeri yang...