Wednesday, April 30, 2014

OPINI PUBLIK



OPINI PUBLIK

A.    Definisi  Opini Publik
Istilah opini publik diserap secara utuh dari bahasa Inggris, public opinion, yang kemudian di sesuaikan dengan kaedah bahasa indonesia. Istilah opini publik itu di gunakan, antara lain oleh Omi Abdurrahman (1998). Namun pakar yang lain, seperti Astrid Susanto (1975) dan Anwar Arifin (1998) lebih suka menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion.[1]
            Opini publik adalah suatu respons aktif tehadap stimulus suatu respons yang di kontruksi melalui interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang citra (image), sedangkan publik adalah suatu kumpulan orang-orang yang sama minat dan kepentingannya terhadap suatu isu. Jadi yang di maksud dengan opini publik, yaitu suatu opini yang menyangkut isu atau kejadian yang mengandung keprihatinan (concern) publik. Dengan demikian opini publik bukan karena banyaknya jumlah orang, melainkan karena sifatnya yang menyangkut isu publik.[2]
            Secara  sederhana opini publik merupakan kegiatan untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu di yakini, dinilai dan di harapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari situasi tertentu-issue diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok. Opini publik memiliki beberapa proses yang di kenal dengan kontruksi, yaitu sebagai berikut:
§  Kontruksi Personal → opini berupa pengamatan dan interpretasi secara sendiri-sendiri dan subjektif.
§  Kontruksi Sosial
→ opini kelompok: opini pribadi yang diangkat ke kelompok.
→ opini rakyat: opini yang tersistematis melalui jalur yang bebas.
→ opini massa: opini yang beserakan bisa dalam bentuk budaya dan          konsensus, hal inilah yang di sebut sebagai opini publik.
§  Kontruksi politik, hasil dari ketiga kontruksi sosial di atas di hubungkan dengan kegiatan pejabat publik yang mengurus masalah kebijakan umum. Inilah opini yang dikaji dalam komunikasi politik.
Dalam kegiatan sehari hari opini publik memiliki beberapa komponen diantaranya:
§  Keyakinan: Credulity (Pecaya atau tidak), Reliance (tingkat pentingnya terhadap seseorang)
§  Nilai : Nilai-nilai kesejahteraan, nilai-nilai deferensi (menghormati)
§  Eksfektasi, berkaitan dengan kognitif dan kecendrungan.

B.     Karakteristik Opini Publik
Opini publik sebagai penomena sosial dan politik, memiliki beberapa karakteristik antara lain; opini publik merupakan prilaku manusia-manusia individu, dinyatakan secara ferbal, melibatkan banyak individu, situasi dan objeknya dikenal secara luas, penting untuk orang banyak, pendukungnya berbuat atau bersedia untuknya, disadari, diekspresikan, pendukungnya tidak mesti berada pada tempat yang sama, bersifat menentang atau mendukung sesuatu, mengandung unsur-unsur pertentangan, dan efektifitas untuk mencapai objektivitas.
Karakteristik opini publik:
1.      Memiliki arah
2.      Memiliki besaran
3.      Memiliki isi informasi (content)
4.      Stabil, relatif cukup bertahan lama
5.      Memiliki intensitas
6.      Menyangkut suatu hal yang kontroversial
7.      Penampilannya pluralistik

C.    Proses Pembentukan Opini Publik
Moore (2004: 55) berpendapat akar dari proses pembentukan opini adalah sikap (attitude). Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai orang, organisasi, persoalan atau objek. Sikap menggambarkan predisposisi seseorang untuk mengevaluasi masalah kontroversional dengan cara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Secara singkat, sikap adalah suatu cara untuk melihat situasi. Sikap yang diungkapkan adalah opini. Latarbelakang kebudayaan, ras, dan agama seringkali menentukan sikap seseorang. Sama halnya dengan R.P Abelson (dalam Ruslan 1999) bahwa untuk memahami proses pembentukan opini seseoang dan Publik berkaitan erat dengan sikap mental (Attitude), persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).
Menurut Sunarjo (1984), opini, sikap, perilaku, tidak dapat untuk dipisahkan. Ada beberapa konsep yang dikemukakan oleh Sunarjo (1984) tentang opini yaitu :
·         Opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan.
·         Sikap atau attitude adalah reaksi seseorang yang mungkin sekali terbuka/terlihat, akan tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan/ diperlihatkan, karena itu tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan atau diperlihatkan, karena itu dinyatakan bahwa sikap atau attitude reaksi yang tertutup (covert).
·         Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya secara implisit (dari bahasa latin implicite artinya meskipun belum atau tidak disebut, sudah termasuk didalamnya).
·         Opini merupakan pernyatan yang diucapkan atau tertulis/tulisan, maka sikap atau attitude merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif kepada seseorang yang tertentu, objek atau situasi yang tertentu pula.
·         Opini dianggap sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi respon (tanggapan) kepada stimulus dimana dalam situasi/keadaan yang pada umumnya diajukan suatu pertanyaan.
·         Keyakinan merukan sikap dasar seseorang yang biasanya bertujuan mencapai cita-citanya, memecahkan suatu persoalan ataupun mewujudkan suatu rencana.


Tahap terbentuknya opini publik secara singkat adalah:
1.      Munculnya perdebatan/ issue
2.      Diliput secara intensif melalui media masa
3.      Adanya orang yang mempersoalkan issue tersebut
D.    Teori Pembentukan Opini Publik
1.      Hypodermic Needle Theory: teori yang dipergunakan dalam pembentukan opini publik dengan memanfaatkan media, seperti jarum yang menyuntikan informasi secara berulang-ulang kepada khalayak agar terbentuk opini publik. Model komunikasi adalah one way system dengan secara kuat melakukat terpaan isi media. Diharapkan agenda media menjadi media publik dalam bentuk opini publik.
2.      The Spiral of Silence Theory: (E. Noelle-Neuman): yang dibangun dengan empat unsur pokok; media massa, komunikasi antar pribadi dan jalinan interaksi sosial, sistem individu tentang suatu hal dan persepsi orang lain/kecendrungan pendapat tentang satu persoalan yang di lontarkan, penerimaan atas opini publik sebagai akibat kuatnya kecendrungan orang-orang di sekitarnya.
3.      Bandwagon Effect Theory: menjelaskan sebuah situasi yang menunjukan ketika seseorang berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan pendapat mayoritas orang banyak di sekitaarnya. Pendapat umum di sekitarnya. Pendapat umum di sekitarnya akibat terpaan media secara kuat dan kontinu sehingga di percaya kebenaranya. Seseorang berfikir agar tidak terisolasi atau dianggap asing pendapat dan sikapnya maka ia ikut mainstream pendapat umum orang-orang di sekitarnya. Sarana utama pembentukan opini publik dalam teori ini adalah media yang dianggap powerful effect of media. Kecendrungan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda tidak mampu menghadapi kuatnya dominasi opini publik sekitarnya.

E.     Survei Opini Publik
Di Negara-negara demokrasi, opini publik telah di ukur  perkembangannya melalui berbagai cara , seperti penjajakan (poling), pengumpulan suara, dan pendapat masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan. Secara lisan, dilakukan dengan mengundang lembaga-lembaga tertentu yang dianggap dapat mewakili opini masyarakat untuk manyatakan aspirasinya atau pendapatnya suatu hal yang menyangkut kepentingan umum. Secara tertulis, dilakukan dengan  melalui surat atau mengisi angket yang di edarkan oleh lembaga atau perusahaan yang ingin mengetahui pendapat publik tentang suatu kebijakan atau produknya.
Cara lain mengukur pendapat umum/opini publik adalah attitude scales. Hal ini dilakukan dengan maksud menetapkan berapa banyak orang yang setuju atau tidak setuju tentang suatu masalah. Jika publik ditawarkan beberapa alternatif, maka dapat di ketahui berapa banyak yang memilih alternatif pertama, kedua, dan seterusnya. Opini publik juga dapat di ukur dengan metode wawancara.
Tujuan dari survei opini publik untuk mendapat jawaban terhadap pertanyaan yang seragam dari sejumlah  orang yang dipilih (sampel) yang menurut kriteria dianggap relevan, mewakili sekelompok orang (populasi) yang informasi tentang mereka diperlukan. Sampel tersebut harus merupakan miniatur yang eksak dari populasi atau harus dibangun sedemikian rupa sehingga cara-cara yang membedakan mereka dengan populasi akan membawa informasi yang absah mengenai populasi itu.


[1] Gun gun Heryanto, komunikasi politik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.2.
[2] Ibid h.2

No comments:

Post a Comment

I.                    PENDAHULUAN Dunia Islam kontemporer dimulai sejak tahun 1342-1420 H/1922-2000 M. [1] India adalah negeri yang...