BAB I
PENDAHULUAN
Proses komunikasi di dunia ini, senantiasa diperbaharui hari demi hari.
Kalau dulu sistem komunikasi dilakukan lewat pelayanan pos, kemudian berkembang
menjadi lebih maju dengan ditemukannya telegraf, kristal transistor, satelit,
hingga saat ini yang semakin canggih ialah memory chips berupa peralatan mikro
komputer.
Di Indonesia, perkembangan komunikasi juga berjalan sangat cepat.
Komunikasi antarpersonal yang dulu menjadi andalan dalam proses komunikasi
lambat laun posisinya sudah tergeser oleh media cetak dan elektronik. Hal ini
lah yang kemudian membuat persaingan dalam lapangan media massa semakin ketat
dan tentu saja mempengaruhi proses komunikasi.
Berangkat dari berkembangnya sistem komunikasi ini, maka muncul
pertanyaan, bagaimana komunikasi bisa dijelaskan sebagai proses sosial, budaya,
dan politik?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Komunikasi
Sebagai Proses Sosial
Menurut Peter L. Berger, hubungan
antara manusia dengan masyarakat berlangsung secara dialektis dalam tiga momen:
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Berikut ini adalah
penjelasannya.
- Eksternalisasi ialah proses penyesuaian diri dengan
dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Dimulai dari interaksi antara
pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Tahap
pertama ini merupakan bagian yang penting dan mendasar dalam satu pola
interaksi antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Yang
dimaksud dalam proses ini ialah ketika suatu produk sosial telah menjadi
sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh
individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan
seseorang untuk melihat dunia luar;
- Objektivasi ialah tahap di mana interaksi sosial yang
terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi. Pada tahap ini, sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi,
sedangkan individu memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan
manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang
lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama
sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka bisa dipahami secara
langsung. Dengan demikian, individu melakukan objektivasi terhadap produk
sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini berlangsung
tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya, proses ini bisa terjadi
melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di
masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan
tanpa harus terjadi tatap muka antarindividu dan pencipta produk sosial;
- Internalisasi ialah proses di mana individu
mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi
sosial tempat individu menjadi anggotanya. Terdapat dua pemahaman dasar
dari proses internalisasi secara umum; pertama, bagi pemahaman
mengenai ‘sesama saya’ yaitu pemahaman mengenai individu dan orang lain; kedua,
pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan
sosial.
Kenyataan yang berhadapan antara masyarakat dengan manusia
ada hubungan saling mempengaruhi tersebut dibangun tak lain dengan proses
komunikasi. Artinya, komunikasi dalam hal ini, adalah sebuah proses sosial di
masyarakat. Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai
kehidupan bersama. Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi
sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi
berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan
kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun
begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Dapat dikatakan
bahwa ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, norma, dan pranata masyarakatnya.
Jadi antara komunikasi dan proses sosial saling melengkapi dan saling
mempengaruhi. Seperti halnya, hubungan antara manusia dengan masyarakat yang
dikemukakan Berger di atas.
Goran Hedebro mengamati hubungan antara perubahan sosial
dengan komunikasi, berikut adalah hasil pengamatannya:
1. Teori komunikasi mengandung makna
pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi.
Dapat dijelaskan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa
ke arah perubahan.
- Meskipun komunikasi hadir
dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat yang
dapat membawa perubahan sosial. Komunikasi hanyalah salah satu dari banyak
faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
- Media yang digunakan dalam
komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Media adalah
pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap
dunia dan masyarakat sebagai tempat mereka hidup.
- Komunikasi adalah alat yang
luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi
mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Mereka yang berada
dalam posisi mengawasi media, bisa menggerakkan pengaruh yang menentukan
menuju arah perubahan sosial.
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari
masyarakat. Secara garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
- Komunikasi menghubungkan antar
berbagai komponen masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan
masyarakat saja, tetapi juga lembaga-lembaga sosial (pers, humas,
universitas), asosiasi pers, asosiasi humas, organisasi desa, dan berbagai
lembaga lainnya. Bentuk lembaga tersebut dapat dipertahankan dan tidak
sangat tergantung dari peran komunikasi. Jika dalam musyawarah anggota
memutuskan suatu asosiasi bubar, tentu tidak dapat dipertahankan lagi.
- Komunikasi membuka peradaban (civilization)
baru bagi manusia. Menurut Koentjaraningrat istilah peradaban dipakai
untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah,
seperti kesenian dan ilmu pengetahuan. Komunikasi telah mengantarkan
peradaban negara Barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
- Komunikasi ialah manifestasi
kontrol sosial dalam masyarakat. Berbagai nilai (value),
norma (norm), peran (role), cara (usage), kebiasaan,
tata kelakuan, dan adat dalam masyarakat yang mengalami penyimpangan akan
dikontrol dengan komunikasi, baik melalui bahasa lisan maupun perilaku
nonverbal individu.
- Tanpa bisa diingkari komunikasi
berperan di dalam sosialisasi nilai ke masyarakat. Misalnya saja,
bagaimana sebuah norma kesopanan disosialisasikan kepada generasi muda
dengan menggunakan contoh perilaku orang tua dan nasihat langsung.
- Individu berkomunikasi dengan
orang lain menunjukkan jati diri kemanusiaannya. Seseorang akan diketahui
jati dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi. Komunikasi
juga berarti mencerminkan identitas sosial individu tersebut di lingkungan
masyarakat.
2.
Komunikasi
Sebagai Proses Budaya
Menurut Jalaluddin Rakhmat dan Deddy
Mulyana, di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarbudaya, sekurang-kurangnya
ada tiga pandangan terhadap komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi sebagai aktifitas
simbolik
Ketika sedang berkomunikasi, kita biasanya menggunakan
simbol-simbol bermakna yang diubah ke dalam kata-kata verbal (nonverbal) untuk
diperagakan. Simbol-simbol komunikasi yang dimaksud dapat berbentuk tindakan,
aktifitas, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna adalah
persepsi, pikiran, atau perasaan yang dialami seseorang yang selanjutnya akan
dikomunikasikan kepada orang lain.
2. Komunikasi sebagai proses
Komunikasi merupakan aktifitas yang terjadi secara terus
berlangsung, dinamis, dan berkesinambungan sehingga selalu mengalami perubahan.
3. Komunikasi sebagai pertukaran makna
Makna adalah pesan yang dimaksudkan oleh pengirim dan
diharapkan dimengerti pula oleh penerima. Permasalahannya adalah bagaimana
setiap orang mampu membuat kata-kata menjadi bermakna.
Komunikasi adalah salah satu wujud
kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu
gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika komunikasi itu
dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas
(kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya,
komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik
misalnya hasil karya seperti sebuah bangunan. Bukankah bangunan didirikan
karena ada konsep, gagasan, kemudian didiskusikan (dengan keluarga, pekerja
atau arsitek) dan berdirilah sebuah rumah. Maka komunikasi, nyata menjadi
sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi bisa disebut sebagai
proses budaya yang ada dalam masyarakat.
Jika ditinjau secara lebih kongkrit,
hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas :
Ø
Dalam
mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu.
Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir dan
hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan tangan dan
anggota tubuh lain (komunikasi non verbal) untuk mendukung komunikasi lisan.
Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula,
maka digunakanlah peralatan komunikasi massa seperti televisi, surat kabar,
radio dan lain-lain.
Ø
Komunikasi
menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan lewat
televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk “mengurusi” televisi.
Ø
Sistem
kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem
hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah
regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers,
dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun,
kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan di luar norma masyarkat. Di
sinilah perlunya sistem hukum komunikasi.
Ø
Komunikasi
akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai
alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari
komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa
yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya.
Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian
misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara
(menyanyi, dialog).
Ø
Sistem
pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari
komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan
dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga
termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa
masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian, gaya, pengetahuan yang
dimiliki menunjukkan realitas tersebut.
Komunikasi sebagai proses budaya tak
bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya dengan komunikasi. Proses ini
meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah
proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan,
punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi
jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa
disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang
membentuk sebuah sistem.
3. Komunikasi di dalam Sistem Politik
Sebagaimana diketahui konsep
komunikasi politik di dalam ilmu politik telah mengalami perkembangan dalam
pengertiannya. Gabriel Almond pernah mengkategorikannya sebagai salah satu dari
empat fungsi input sistem politik. Kemudian Alfian, di dalam bukunya
yang berjudul Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia,
menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya semua fungsi dalam
sistem politik. Komunikasi politik diibaratkan sebagai sirkulasi darah di dalam
tubuh. Bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah itu yang
menjadikan sistem politik itu hidup. Lebih lanjut Alfian menjelaskan komunikasi
politik, sebagai layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa
tuntutan, protes, dan dukungan yang berupa aspirasi dan kepentingan, untuk
dibawa ke jantung sebagai pusat pemrosesan sistem politik. Lalu hasil
pemrosesan itu disimpulkan dalam bentuk fungsi-fungsi output untuk
dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback
di dalam sistem politik.
Dengan kata lain, komunikasi politik
menyambungkan semua bagian dari sistem politik dan juga masa kini dengan masa
lampau, sehingga dengan demikian aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi
berbagai kebijakan. Apabila komunikasi itu berjalan lancar, wajar, dan sehat,
maka sistem politik itu akan mencapai tingkat kualitas responsif yang tinggi
terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan
perubahan zaman. Hal itu biasanya terjadi pada suatu sistem politik yang mampu
mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya secara terus-menerus.
Bagaimana komunikasi politik
menyambungkan seluruh bagian dari sistem politik? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan contoh berikut ini. Orang tua, sekolah, pemuka agama, dan tokoh
masyarakat melalui komunikasi politik menanamkan nilai-nilai ke dalam
masyarakat. Para pemimpin organisasi politik dan kelompok kepentingan
mengkomunikasikan aspirasi dan kepentingan masyarakat sebagai kehendak mereka
serta rekomendasi kebijakan untuk memenuhinya. Setelah menerima informasi dari
berbagai pihak, mereka yang bertugas melaksanakan fungsi legislatif membuat
undang-undang yang dianggap perlu dan relevan, yang kemudian dikomunikasikan
kepada pihak yang berwenang untuk melaksanakannya. Proses pelaksanaannya
dikomunikasikan kepada masyarakat dan dinilai oleh masyarakat sehingga
penilaian itu dikomunikasikan lagi. Dalam seluruh proses komunikasi politik,
media massa baik cetak maupun elektronik, memainkan peran penting, selain saluran-saluran
lainnya seperti tatap muka, surat-menyurat, media tradisional, organisasi,
keluarga, dan kelompok pergaulan.
Sebagaimana bisa ditinjau, pada
setiap bagian dari sistem politik terjadi komunikasi politik, mulai dari proses
penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan politik) sampai kepada
pengartikulasian dan penggabungan aspirasi dan kepentingan, terus kepada proses
pengambilan kebijakan, pelaksanaan, dan penghakiman terhadap kebijakan
tersebut. Tiap-tiap bagian atau tahap-tahap itu disambungkan pula oleh
komunikasi politik.
Demikianlah, secara simultan,
timbal-balik, vertikal maupun horizontal dalam suatu sistem politik yang
handal, sehat, dan demokratis, komunikasi politik terjadi pada setiap bagian
dari keseluruhan sistem politik. Sistem politik seperti itu sudah berhasil
menjadikan dirinya sistem politik yang mapan dan handal, yakni sistem politik
yang memiliki kualitas kemandirian yang tinggi untuk mengembangkan dirinya
secara kontinyu. Itulah sistem politik yang sudah tinggal landas secara self-sustainable.
Lebih jauh bisa digambarkan peranan
penting komunikasi politik dalam memelihara dan meningkatkan kualitas
kehandalan suatu sistem politik yang sudah mapan. Ia berperan penting sekali
dalam memelihara dan mengembangkan budaya politik yang ada dan berlaku yang
telah menjadi landasan yang mantap dari sistem politik yang mapan dan handal
itu. Komunikasi politik mentransmisikan nilai-nilai budaya politik yang
bersumber dari pandangan hidup atau ideologi bersama masyarakatnya kepada generasi
baru (anak-anak, remaja, dan pemuda, termasuk mahasiswa) dan memperkuat proses
pembudayaannya dalam diri generasi yang lebih tua. Maka dari itu, budaya
politik mampu terpelihara dengan baik, bahkan mungkin berakar dan terus
berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bersamaan dengan itu,
komunikasi politik bisa menyatu dan menjadi bagian integral dari budaya politik
tersebut. Komunikasi politik berakar, hidup, dan berkembang bersama-sama dengan
budaya politiknya.
4. Komunikasi sebagai Proses Politik
Dengan komunikasi, maka realitas,
sejarah, tradisi politik bisa dihubungan dan dirangkaikan dari masa lalu untuk
dijadikan acuan ke masa depan. Dengan komunikasi sebagai proses politik,
berbagai tatanan politik berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat akan
berubah. Misalnya, tradisionalisme. Berbagai adopsi tradisi luar juga tidak
akan mudah diterima begitu saja dan suatu saat akan mengalami kegagalan
seandainya bertentangan dengan tradisi yang sudah ada. Ada beberapa catatan
yang bisa ditarik ketika kita memperbincangkan komunikasi sebagai proses
politik, yakni sebagai berikut:
- Komunikasi memiliki peran
signifikan dalam menentukan proses perubahan politik di Indonesia. Ini
bisa dilihat dari perubahan format lembaga kepresidenan yang dahulunya
sakral kemudian menjadi tidak sakral. Ini semua diakibatkan terbinanya
komunikasi politik yang baik antara masyarakat dan pemerintah.
- Kita pernah mewarisi komunikasi
politik yang tertutup sehingga mengakibatkan ideologi politik yang tidak
terbuka. Kemudian timbul penafsiran ada pada pihak penguasa yang
mendominasi dan mengontrol semua bagian, sehingga memunculkan hegemoni dan
pola atau arus komunikasi top down yang indoktrinatif.
- Komunikasi masih dipengaruhi
oleh tradisi politik masa lalu. Tradisi politik yang mementingkan
keseimbangan, harmoni, dan keserasian masih diwujudkan meskipun dalam
kenyataannya tradisi itu justru dijadikan alat legitimasi politik penguasa
atas nama stabilitas. Keterpengaruhan ini juga termanifestasikan pada budaya
sungkan yang masih kental dalam tradisi komunikasi kita.
- Sebagai proses politik,
komunikasi menjadi alat yang mampu untuk mengalirkan pesan politik (berupa
tuntutan dan dukungan) ke pusat kekuasaan untuk diproses. Proses itu
kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik. Ini
artinya, komunikasi sebagai proses politik adalah aktivitas tanpa henti.